RW 3 Jagalan Meriahkan HUT RI ke-80 dengan Wayang Kulit dan Bazar UMKM

oleh -31 Dilihat

SURAKARTA – Warga RW 3 Kelurahan Jagalan, Surakarta, menggelar rangkaian kegiatan untuk memeriahkan HUT ke-80 Republik Indonesia. Puncak perayaan diwarnai pagelaran wayang kulit ringkes yang menghadirkan dalang muda Ki Aldy Pratama M.Sn, sekaligus menutup bazar UMKM yang telah berlangsung sejak 7 Agustus.

Ketua RW 3, Albertus Margono, mengatakan pagelaran wayang kulit menjadi bagian dari tradisi tirakatan setiap malam 16 Agustus. Tahun ini, konsep kegiatan semakin meriah berkat ide dari tokoh masyarakat sekaligus Sekretaris Panitia HUT RI ke-80, Maryono, yang menginisiasi bazar UMKM.

“Bazar berlangsung mulai 7 hingga 12 Agustus, menampilkan berbagai produk warga. Dalam rangkaian kegiatan juga ada lomba karaoke, penampilan musik bambu, dan akhirnya ditutup dengan pagelaran wayang kulit ringkes,” ujar Margono, Selasa (12/8/2025).

Margono menegaskan, tujuan utama kegiatan ini adalah melestarikan budaya Jawa, khususnya wayang kulit, sekaligus mengenalkannya kepada generasi muda. “Banyak anak-anak yang antusias mengikuti, baik sebagai penampil musik maupun penonton,” tambahnya.

Ketua RT 05 RW 3, Toro, mengakui persiapan kegiatan sempat diwarnai miskomunikasi antarwarga. Namun, melalui musyawarah para sesepuh, semua perbedaan dapat diselesaikan dan acara tetap berjalan sesuai rencana. “Harapannya, ke depan dikemas lebih baik lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Maryono selaku panitia pelaksana wisata kuliner menjelaskan bahwa ide bazar UMKM berangkat dari kepedulian terhadap pedagang lokal. “Kami ingin memberikan ruang pemasaran melalui konsep hiburan rakyat yang sederhana namun meriah,” jelasnya.

Pagelaran wayang kulit kali ini mengangkat lakon *Gatotkoco Jedi* atas usulan dalang Ki Aldy Pratama M.Sn. Lakon tersebut mengisahkan perjuangan tokoh Gatutkaca yang gagah berani di medan perang, namun akhirnya gugur. “Kisah ini memberi pesan bahwa perjuangan tulus tidak selalu berakhir dengan kemenangan, tetapi tetap layak dikenang,” ungkap Maryono.

Selain wayang kulit, malam puncak juga menampilkan perkusi bambu yang dimainkan anak-anak kampung. Maryono menuturkan, kemampuan mereka berawal dari permainan tradisional *tretek* yang diwariskan turun-temurun, lalu berkembang menjadi perkusi bambu modern.

Warga berharap kegiatan semacam ini dapat menjadi agenda rutin tahunan, yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggerakkan perekonomian UMKM serta mengasah potensi seni generasi muda di Jagalan.